Kamis, 07 Februari 2013

BETAWI DAN SEJARAH TARIANNYA

Setiap jenis kesenian tidak dapat dilepaskan dari masyarakat pendukungnya. Demikian juga dengan seni tari tradisional Betawi yang merupakan wahana eskpresi seni dari masyarakat sesuai dengan tempat ia berasal, yaitu masyarakat Betawi. Sebagai suatu bentuk ekspresi seni, tarian tradisional Betawi memiliki arti penting karena merupakan sarana bagi masyarakat pendukungnya untuk mengekspresikan diri di hadapan masyarakat. Seni tari tradisional Betawi, sebagaimana seni tari dari suku-suku lainnya di Indonesia, merupakan bagian dari suatu sistem representasi sekaligus suatu bentuk aksi. Keanekaragaman yang terdapat di dalam seni tari tradisional Betawi menunjukkan bahwa masyarakat pendukungnya adalah masyarakat yang kaya dengan aspirasi seni sesuai dengan asal-usul mereka yang pada mulanya ialah orang-orang yang datang dari berbagai penjuru nusantara dan Asia.

Masyarakat Betawi mendiami kota Jakarta dan sekitarnya. Jakarta yang di masa kolonial dikenal dengan sebutan Batavia memiliki sejarah panjang yang dapat dirunut hingga lima abad yang lalu. Berawal dari kota pelabuhan Sunda Kelapa yang berganti nama menjadi Jayakarta pada pertengahan abad 16, kota ini pada tahun 1619 diduduki oleh orang-orang Belanda yang berhimpun di bawah bendera VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie atau Persekutuan Dagang Hindia Timur) yang mengganti namanya menjadi Batavia. Nama Batavia terus bertahan hingga tahun 1942 ketika Jepang menggantikan Belanda sebagai penguasa di Indonesia. Sejak itu kota Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan nama ini terus digunakan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 dan sampai sekarang.

Latar belakang masyarakat Betawi yang berasal dari berbagai etnis menyebabkan ekspresi seni yang dihasilkannya, termasuk di dalamnya seni tari, menjadi sangat kaya. Hubungan interkultural yang terjadi di Batavia merupakan akar dari seni tari tradisional Betawi yang dapat kita jumpai saat ini. Kekayaan ekspresi dari seni tari tradisional Betawi adalah hasil dari saling interaksi berbagai kebudayaan yang terdiri atas budaya Nusantara dan unsur-unsur dari luar yang saling berinteraksi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Seni tari yang dihasilkan dari interaksi antarbudaya dalam masyarakat Betawi mendorong munculnya suatu rasa identitas komunal yang memperkuat karakteristik masyarakat Betawi sebagai suatu masyarakat yang memiliki budaya tersendiri.

Pada masa kolonial, kota Batavia memang dibanjiri pendatang-pendatang domestik seperti orang-orang Melayu, serta pendatang dari luar seperti orang-orang Belanda, Portugis, Arab, India, dan Cina. Melalui interaksi dengan penduduk pribumi pada masa itu, para pendatang tersebut kemudian menetap dan membentuk masyarakat Betawi. Dalam masyarakat Betawi yang kaya akan pengaruh dari berbagai etnis, produk kebudayaan yang dimiliki pun merupakan hasil asimilasi dari campuran kebudayaan berbagai etnis tersebut. Salah satu produk kebudayaan yang berkembang pada masyarakat Betawi adalah seni tari. Oleh karena itu, segala aspek yang ada dalam seni tari tradisional Betawi sangat dipengaruhi oleh elemen kebudayaan lain.

Dalam lingkup kebudayaan tersebut, sebagian besar seni pertunjukan, termasuk tari tradisional, di Indonesia berperan sebagai alat komunikasi spiritual sekaligus ekspresi estetis bagi suatu komunitas tertentu. Sebagai salah satu contoh, tarian tradisional seperti tari Topeng Tunggal Betawi pada masa lampau merupakan ritual sakral dan erat kaitannya dengan fenomena spiritual dan mistis. Gerakan-gerakannya sarat akan nilai filosofis yang tinggi dan mengacu pada suatu makna tertentu.

Seiring dengan berjalannya waktu, peran sakral dari tari tradisional semacam itu telah bergeser, walaupun kaitannya dengan masa lalu masih dijaga oleh beberapa kelompok etnik tertentu. Dewasa ini, gerakan tari tradisional yang eksotis, dinamis, dan indah lebih digemari masyarakat sebagai suatu hiburan visual sehingga tari tradisional lebih banyak muncul dalam perhelatan masyarakat, seperti pesta pernikahan, acara peresmian, atau festival kebudayaan. Dengan meningkatnya nilai estetis dan hiburan dari suatu tari tradisional, saat ini elemen spiritual dan makna simbolik dari kesenian tersebut pun berkurang. Dengan kata lain, warisan seremonial dan pemujaan spiritual yang muncul dalam tari tradisional telah bertransformasi dan dimodifikasi menjadi hiburan semata tanpa mempertimbangkan aspek komunikatif dan keaslian dari gerakan-gerakan tari tersebut. Dengan demikian, tidak mengherankan jika tarian yang lebih berkembang pada era kontemporer ini adalah tari kreasi baru yang bebas dari nilai dan unsur-unsur tradisional.

Berdasarkan sejarah perkembangannya, tari tradisional Betawi memiliki perbedaan masing-masing, baik dari segi pengaruh kebudayaan lain maupun masyarakat yang mengembangkannya. Tari tradisional Betawi yang berkembang pada saat itu adalah tari Cokek, tari Topeng, tari Blenggo, tari Sambrah, tari Pencak Silat, tari Uncul, dan tari Zapin. Bersamaan dengan itu muncul pula tari-tari kreasi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar