Dalam sosiologi, gaya hidup adalah cara seseorang hidup. Sebuah gaya hidup bundel merupakan
karakteristik perilaku yang masuk akal untuk kedua orang lain dan diri sendiri
dalam suatu waktu dan tempat, termasuk hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan
berpakaian. Perilaku dan praktek dalam "gaya hidup" adalah campuran
kebiasaan, cara-cara konvensional dalam melakukan sesuatu, dan beralasan
tindakan. Sebuah gaya hidup biasanya juga mencerminkan sikap individu,
nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup adalah sarana untuk menempa suatu kesadaran diri untuk menciptakan budaya
dan simbol-simbol yang beresonansi dengan identitas pribadi. Tidak semua aspek
dari gaya hidup sepenuhnya voluntaristik. Sekitarnya sosial dan sistem teknis dapat
membatasi pilihan gaya hidup yang tersedia bagi individu dan simbol-simbol ia /
dia dapat proyek untuk orang lain dan diri sendiri.
Garis antara identitas pribadi dan perbuatan-perbuatan sehari-hari
sinyal bahwa gaya hidup tertentu menjadi buram dalam
masyarakat modern. Sebagai contoh, "gaya hidup hijau" berarti
memegang keyakinan dan terlibat dalam aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya
yang lebih sedikit dan kurang menghasilkan limbah berbahaya (yaitu yang lebih
kecil karbon), dan menurunkan suatu kesadaran diri dari memegang kepercayaan
ini dan terlibat dalam kegiatan ini. Beberapa komentator berpendapat bahwa,
dalam modernitas, landasan dari konstruksi gaya hidup adalah perilaku konsumsi, yang menawarkan kemungkinan untuk
menciptakan dan diri individualize lebih lanjut dengan produk atau layanan
berbeda sinyal bahwa cara hidup yang berbeda.
Ada pula pengertian lain tentang
gaya hidup – gaya hidup yaitu pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.
gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend
their time (activities), what they consider important in their environment
(interest), and what they think of themselves and the world around them
(opinions)”.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Adapun gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup,
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Adapun gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup,
adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan,
minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan
pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola
hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam
membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama
pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan
psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia,
tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih
kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.
Dari inti
pembahasan tentang gaya hidup, salah satu contoh yang dapat diartikan dengan
gaya hidup yaitu, gaya hidup sosialita.
Keberadaan komunitas sosialita
menjadi tren di kota-kota besar di Indonesia termasuk Jakarta. Membuang uang puluhan hingga
ratusan juta dianggap biasa demi gaya dan pergaulan. Bagi mereka,
berpenampilan wah dan
menarik satu prestasi dan gengsi. Meski satu komunitas, kaum borjuis ini saling berlomba mempertontonkan gaya glamour mereka demi eksistensi.
Berikut lima aktivitas kaum sosialita ibu kota ini,seperti yang sering dilakukan
1. Arisan ratusan juta
Para sosialita selalu punya kegiatan wajib di tiap pertemuan mereka. Yakni arisan dengan nilai fantastis. Seperti dituturkan Devitha, pemenang yang namanya keluar saat arisan dikocok, akan mendapatkan uang puluhan bahkan ratusan juta.
"Kami arisan paling kecil Rp 50 juta ada yang sampai Rp 100 juta juga," katanya. Biasanya arisan diadakan di tempat mewah. Minimal hotel berbintang.
"Itu rutin arisannya sebulan sekali, paling sering di Hotel Mulia," tambahnya.
2. Shopping dan perawatan tubuh jutaan
Tak cuma arisan, agar tetap tampil menarik, para sosialita selalu memperhatikan penampilan mereka. Berbusana baru dan tampil dengan kulit cerah pastinya jadi kewajiban buat mereka."Kami sering perawatan 4 sampai 5 kali per bulan. Kita sekali perawatan itu Rp 3 juta, kami perawatan hampir 5 kali dalam sebulan, perawatan nomer satu bagi kami. Lalu shopping, terus rumpi-rumpi," ungkap Devitha.Ditanya soal budget, Devitha mengaku tak punya nilai khusus. Menurutnya bergantung pada kebutuhan hari itu.
"Kalau shopping itu satu paket sama arisan. Kalau arisannya di mal, kami sempatkan shopping. Kalau anggaran yang tidak pasti," tambahnya.
3. Rumpi-rumpi 3 kali seminggu
Untuk bertukar informasi soal perkembangan fashion atau apa pun, para sosialitas sering melakukan kongkow. Lokasi, sesuai kesepakatan bisa di kafe atau mal.
"Doyan nongkrong ya dong, kan kami hampir seminggu dua sampai tiga kali bertemu. Biasanya di hotel," kata Devitha.
Tak seperti ibu-ibu biasa yang jika kumpul menceritakan perkembangan anak, mereka Lebih senang memperbincangkan hal di luar keluarga.
"Ya kami ceritain ya macam-macamlah, berlian, tren masa kini, itu yang paling penting. Kami jarang membicarakan
keluarga juga," tambahnya.
4. Dugem
Anggota komunitas sosilalita umumnya sudah menjadi ibu. Kadang pun usianya tak lagi muda.Meski demikian, mereka tak mau kalah dengan gaya enerjik anak muda. Maka itu, sesekali mereka meluangkan waktu untuk nge-dugem bersama.
"Dugem ya itu salah satu aktivitas kami juga selain arisan, shopping, perawatan. Biasanya kami dugem kalau ada yang ulang tahun, party gitu," tambahnya.
5. Ngomongin brondong
Namanya ibu-ibu ngerumpi, apa pun dibahas. Khusus di komunitas sosialita, lelaki muda alias brondong ternyata jadi tema wajib bahasan mereka.
"Yailah ngomongin brondong, kan sebagai vitamin kami," ucap Devitha sambil tertawa. Saat ngemal bareng, biasanya mereka tak sungkan menggoda pria muda tampan.
"Kalau lagi jalan-jalan ke mal, liat brondong manis kan wajar banget," tambahnya.
Itu salah satu contoh gaya hidup darimacam-macam gaya hidup yang ada didunia
menarik satu prestasi dan gengsi. Meski satu komunitas, kaum borjuis ini saling berlomba mempertontonkan gaya glamour mereka demi eksistensi.
Berikut lima aktivitas kaum sosialita ibu kota ini,seperti yang sering dilakukan
1. Arisan ratusan juta
Para sosialita selalu punya kegiatan wajib di tiap pertemuan mereka. Yakni arisan dengan nilai fantastis. Seperti dituturkan Devitha, pemenang yang namanya keluar saat arisan dikocok, akan mendapatkan uang puluhan bahkan ratusan juta.
"Kami arisan paling kecil Rp 50 juta ada yang sampai Rp 100 juta juga," katanya. Biasanya arisan diadakan di tempat mewah. Minimal hotel berbintang.
"Itu rutin arisannya sebulan sekali, paling sering di Hotel Mulia," tambahnya.
2. Shopping dan perawatan tubuh jutaan
Tak cuma arisan, agar tetap tampil menarik, para sosialita selalu memperhatikan penampilan mereka. Berbusana baru dan tampil dengan kulit cerah pastinya jadi kewajiban buat mereka."Kami sering perawatan 4 sampai 5 kali per bulan. Kita sekali perawatan itu Rp 3 juta, kami perawatan hampir 5 kali dalam sebulan, perawatan nomer satu bagi kami. Lalu shopping, terus rumpi-rumpi," ungkap Devitha.Ditanya soal budget, Devitha mengaku tak punya nilai khusus. Menurutnya bergantung pada kebutuhan hari itu.
"Kalau shopping itu satu paket sama arisan. Kalau arisannya di mal, kami sempatkan shopping. Kalau anggaran yang tidak pasti," tambahnya.
3. Rumpi-rumpi 3 kali seminggu
Untuk bertukar informasi soal perkembangan fashion atau apa pun, para sosialitas sering melakukan kongkow. Lokasi, sesuai kesepakatan bisa di kafe atau mal.
"Doyan nongkrong ya dong, kan kami hampir seminggu dua sampai tiga kali bertemu. Biasanya di hotel," kata Devitha.
Tak seperti ibu-ibu biasa yang jika kumpul menceritakan perkembangan anak, mereka Lebih senang memperbincangkan hal di luar keluarga.
"Ya kami ceritain ya macam-macamlah, berlian, tren masa kini, itu yang paling penting. Kami jarang membicarakan
keluarga juga," tambahnya.
4. Dugem
Anggota komunitas sosilalita umumnya sudah menjadi ibu. Kadang pun usianya tak lagi muda.Meski demikian, mereka tak mau kalah dengan gaya enerjik anak muda. Maka itu, sesekali mereka meluangkan waktu untuk nge-dugem bersama.
"Dugem ya itu salah satu aktivitas kami juga selain arisan, shopping, perawatan. Biasanya kami dugem kalau ada yang ulang tahun, party gitu," tambahnya.
5. Ngomongin brondong
Namanya ibu-ibu ngerumpi, apa pun dibahas. Khusus di komunitas sosialita, lelaki muda alias brondong ternyata jadi tema wajib bahasan mereka.
"Yailah ngomongin brondong, kan sebagai vitamin kami," ucap Devitha sambil tertawa. Saat ngemal bareng, biasanya mereka tak sungkan menggoda pria muda tampan.
"Kalau lagi jalan-jalan ke mal, liat brondong manis kan wajar banget," tambahnya.
Itu salah satu contoh gaya hidup darimacam-macam gaya hidup yang ada didunia
Sekian pembahasan tentang gaya hidup dan terima kasih.