Jumat, 06 November 2015

Kasus Etika Bisnis Indomie Di Taiwan (Tulisan)

Kasus Etika Bisnis Indomie Di Taiwan (Tulisan)

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.
A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.

Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

Perkembangan Utilitarianisme (Tulisan)

Perkembangan Utilitarianisme (Tulisan)

Definisi Istilah
Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas, yang bearti useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya (Salam, 1997: 76). Sedangkan secara terminology utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak (Mangunhardjo, 2000: 228).
Menurut Jhon Stuart Mill sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat Utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau prinsip kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral, berpendapat bahwa tindakan benar sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagiaan, dan salah selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan adalah kesenangan dan hilangnya derita; yang dimaksud dengan ketakbahagiaan adalah derita dan hilangnya kesenangan (Rakhmat, 2004: 54). Utilitarianisme merupakan pandangan hidup bukan teori tentang wacana moral. Moralitas dengan demikian adalah seni bagi kebahagiaan individu dan sosial. Dan kebahagiaan atau kesejahteraan pemuasan secara harmonis atas hasrat-hasrat individu (Aiken, 2002: 177-178).

Perkembangan Utilitarianisme
Will Kymlicka membagi utilitarianisme dalam empat varian sesuai dengan sejarah perkembangannya. Pada tahap pertama, utilitarianisme diartikan sebagai hedonisme kesejahteraan (walfare hedonism). Ini adalah bentuk utilitarianisme paling awal yang memandang bahwa pemenuhan kebahagiaan manusia terletak pada terpenuhinya hasrat kesenangan manusia yang bersifat ragawi. Akan tetapi, model utilitarianisme ini sangat tidak tepat sasaran, sebab boleh jadi apa yang terasa nikmat belum tentu baik bagi individu. Oleh karena itu, muncul jenis utilitarianisme kedua, utilitas bagi keadaan mental yang tidak beriorientasi hedonis (non-hedonistic mental-state utility). Pada perkembangan ini, aspek hedonistik dihilangkan dan diganti dengan kesenangan yang menjamin kebahagiaan. Utilitarianisme dipahami sebagai terpenuhinya semua pengalaman individu yang bernilai, darimana pun hal itu berasal (Kymlicka, 1990: 12-13).
Utilitarianisme model kedua juga menyimpan persoalan, karena pengalaman yang bernilai ternyata tidak satu, dan tidak mungkin semua pengalaman bernilai itu terpenuhi dalam satu waktu. Individu harus memilih. Utilitarianisme model ketiga adalah terpenuhinya pilihan-pilihan individu. Utilitarianisme tahap ini disebut sebagai pemenuhan pilihan (preference satisfaction). Utilitarianisme tahap ini mengandaikan adanya unsur keterlibatan rasionalitas dalam memenuhi utilitas. Pada tahap terakhir, utilitarianisme diartikan sebagai terpenuhinya pilihan-pilihan rasional individu yang berdasar kepada pengetahuan dan informasi yang utuh mengenai pilihan-pilihan tersebut. Utilitarianisme ini disebut pilihan yang berbasis informasi (informed preference) (Kymlicka, 1990: 15-16).

Rasionalitas atau informed preference bukan malah semakin membebaskan manusia dan menunjukkan jalan terbaik bagi pemenuhan kebutuhan manusia, malah akan menjadi legitimasi bagi totalitarianisme. Apalagi, utilitarianisme terkenal dengan semboyan “The greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang) (Kymlicka, 1990: 12).

Beberapa Prinsip Moral yang Perlu Dalam Iklan (Tulisan)

Beberapa Prinsip Moral yang Perlu Dalam Iklan (Tulisan)

Terdapat paling kurang 3 prinsip moral yang bisa dikemukakan di sini sehubungan dengan penggagasan mengenai etika dalam iklan.
Ketiga prinsip itu adalah :
      1)      Masalah kejujuran dalam iklan,
      2)      Masalah martabat manusia sebagai pribadi, dan
      3)      Tanggung jawab sosial yang mesti diemban oleh iklan.

Ketiga prinsip moral yang juga digaris bawahi oleh dokumen yang dikeluarkan dewan kepuasan bidang komunikasi sosial untuk masalah etika dalam iklan ini kemudian akan didialogkan dengan pandangan Thomas M. Gerrett, SJ yang secara khusus menggagas prinsip-prinsip etika dalam mempengaruhi massa (bagi iklan) dan prinsip-prinsip etis konsumsi (bagi konsumen). Dengan demikian, uraian berikut ini akan merupakan “perkawinan” antara kedua pemikiran tersebut.

   «  Prinsip Kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga.

   «  Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi
Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensi kebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu menentukan status sosial dalam masyarkat, dll.

   «  Iklan dan Tanggung Jawab Sosial
Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam kemiskinan.

Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya (gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat akan semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan sebagian besar masyarakat.

PELANGGARAN IKLAN NUTRILON ROYAL 3

PELANGGARAN IKLAN NUTRILON ROYAL 3 

Pendahuluan
Dari permuculannya iklan Nutrilon Royal 3 sudah memperlihatkan iklan yang cukup baik. Iklan pertama di tayangkan sekitar tahun pertengahan 2010 dengan type iklan yang berbeda dengan iklan-iklan para pesaingnya. Iklan ini dibuat dengan menampilkan perjalan anak-anak yang sedang berimajinasi tentang hidup mereka di masa yang akan datang. Iklan pertamanya ber Tag Line “Life is an Advanture” yang melambangkan hidup adalah pertualangan. Iklan yang selanjutnya ber Tag Line “Life Starts Here” yang melambangkan hidup berawal dari sini. Iklan yang ber Tag Line “Life Starts Here” ini di tampilkan di televise sekitar akhir 2012 dan masih bertahan sampai sekarang. Iklan ini menampilkan setiap adegan dengan memberikan imajinasi seorang anak dengan berbagai karakter yang berbeda dan dengan cita-cita yang berbeda. Iklan ini seakan-akan mengajak kita untuk menghayal akan apa yang akan kita capai nanti dengan setting latar yang berbeda-beda di setiap adegan membuat kita melihat iklan ini dengan terpotong-potong dan tidak saling berkaitan. Di satu pihak iklan ini mejadi iklan yang inspiratif akan tetapi ada beberapa adegan yang ditampilkan yang layak untuk dijadikan pertimbangan perusahan dalam menanyangkan iklan tersebut.
PELANGGARAN IKLAN NUTRILON ROYAL 3 “Hal  yang menimbulkan pelanggaran tentang etika periklanan:  Adegan seorang anak kecil yang menginjak-injak meja pengadilan.

Analisis
Adegan seorang anak kecil yang menginjak-injak meja pengadilan.  Adegan ini sangat tidak mendidik, karena adegan ini menampilkan pemberontakan terhadap hukum dan lembaga-lembaga terkait. Ini merupakan sebuah hal yang tidak selayaknya dilakukan oleh sesorang dalam mendidik anak, karena dapat menimbulkan pemikiran anak bahwa hukum dan lembaga-lembaga terkait adalah hal yang tidak perlu di hormati. Anak tersebut berdiri diatas meja dan sambil memegang palu dapat dilihat betapa memberontak anak tersebut dan menggambarkan ketidakpercayaan terhadap hukum dan lembaga-lembaga terkait.
Dalam adegan ini terlihat tidak adanya unsur mendidik dalam iklan tersebut, malah terbalik dari sebuah unsur mendidik yaitu unsur memberi hasutan terhadap anak dibawah umur untuk tidak menghormati lembaga hukum

Kesimpulan
Dari pembahasan iklan diatas, maka dapat saya disimpulkan  yaitu pembuatan iklan tersebut tidak berdasarkan etika periklanan, ada adegan yang menjadi pokok pembahasan diatas ; Adegan seorang anak naik keatas meja pengadilan dan adegan Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah pembuat iklan, karena semua adegan yang terbahas diatas merupakan sebagian dari sekenario dari pembuat iklan tersebut. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki iklan tersebut adalah melakukan sensoring terhadap adegan yang menimbulkan masalah serta melakukan permintaan maaf terhadap public karena telah menampilkan sebuah iklan yang tidka mendidik. Dalam hal ini juga para bintang iklan dibebaskan dari tuntutan pelanggaran, karena semua masih dibawah umur, akan tetapi pembuat film melakukan pelanggaran atas mengeksploitasi anak dibawah umur.

Referensi

Utilitarianisme

Utilitarianisme

Pendahuluan
Utilitarianisme merupakan bagian dari etika filsafat mulai berkembang pada abad ke 19 sebagai kritik atas dominasi hukum alam. Sebagai teori etis secara sistematis teori utilitarianisme di kembangkan Jeremy Betham dan muridnya, John Stuart Mill. Menurut mereka Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happines theory). Karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham berprinsip the greatest happiness of the greatest number. Kebahagiaan tersebut menjadi landasan moral utama kaum utilitarianisme, tetapi kemudian konsep tersebut di rekonstruksi Mill menjadi bukan kebahagiaan pelaku saja, melainkan demi kebahagiaan semua. Dengan prinsip seperti itu, seolah-olah utilitarianisme menjadi teori etika konsekuensialisme dan welfarisme.

Teori
Menurut (Shomali, 2005: 11), Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Oleh karena itu, sesuatu yang paling utama bagi manusia menurut Betham adalah bahwa kita harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan sedapat dapatnya mengelakan akibat-akibat buruk. Karena kebahagianlah yang baik dan penderitaanlah yang buruk.
Kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara kuantitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat berbeda-beda.
Dalam pandangan utilitarisme klasik, prinsip utilitas adalah the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang). Hal ini dapat dipahami bahwa di mana kebahagiaan disamakannya dengan kenikmatan dan dengan kebebasan perasaan sakit. Berkat konsep fundamentalnya tersebut Jeremy Bethamdiakui sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis yang sangat berpengaruh. Akan tetapi teori yang di usung Betham tersebut mempunyai banyak kelemahan terutama tentang moralitas, sehingga para pengkritik mencelanya sebagai pig philosophy; filsafat yang cocok untuk Babi. Salah paham tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, Jhon Stuart Mill

Contoh kasus
Suatu contoh utilitarian dapat kita lihat pada sistem produksi makanan ringan biskuit Oreo. Seperti yang telah diketahui bahwa produk makanan ini merupakan makanan ringan yang sangat digemari oleh masyarakat terlebih anak-anak. Produk makanan ini dapat dikatakan produk yang harganya terjangkau bagi masyarakat.

Analisis
Berdasarkan obsrvasi, pada awal produksinya berjalan dengan baik dan sesuai uji kesehatan dan gizi makanan. Namun, belakangan ini terdengar bahwa ada penyelewenangan terhadap bahan baku digunakan yang sangat merugikan masyarakat. Hal ini terjadi dengan alasan adanya krisis ekonomi global yang mengakibatkan bahan baku produksinya lebih mahal dan implikasinya ke profit yang diinginkan manajemen produk makanan Oreo tersebut menurun. Sehingga mereka ingin mengurangi biaya produksi dengan menggunakan bahan baku yang tidak semestinya. Yang mengakibatkan adanya dampak medis dan kerugian material bagi konsumen.
Sesuai dengan teori utilitarianisme menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan pengambilan keputusan ini perlu dievalusi menjadi tindakan yang “benar”. Sehingga keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar harus dilakukan dengan produksi yang benar sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat mengembalikan nama baik perusahaan ke konsumen.

Referensi

Hari raya Galungan

Hari raya Galungan

Pendahuluan
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).
Perayaan hari raya Galungan identik dengan pemasangan penjor di tepi jalan di depan setiap rumah. Sehingga membuat suasana modern terlihat alami dan indah. 10 hari setelah perayaan hari raya Galungan akan diikuti oleh hari raya Kuningan.
Penjor adalah hiasan yang terbuat dari bambu dan dihias sedemikian rupa sesuai dengan tradisi masyarakat Bali setempat. Penjor yang terpasang di tepi jalan (setiap rumah) itu sendiri merupakan haturan ke hadapan Sang hyang Widhi Wasa (Tuhan YME).
Hingga kini sebenarnya belum ada yang bisa memastikan kapan tepatnya upacara besar ini pertama kali diadakan di Indonesia. Apabila bertepatan dengan purnama, Galungan di adakan dengan upacara yang lebih utama dan lebih meriah. Disamping itu ada keyakinan bahwa hari Purnama itu adalah hari yang diberkahi oleh Sanghyang Ketu yaitu Dewa Kecemerlangan.
Galungan sempat dihentikan perayaannya pada masa Raja Sri Ekajaya (tahun Saka 1103) dan Raja Sri Dhanadi. Namun saat Galungan dihentikan perayaannya banyak terjadi musibah dan malapetaka yang menimpa Bali, saat itu banyak pejabat pejabat wafat diusia yang relatif masih muda. Saat Raja Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka, barulah Galungan dirayakan kembali setelah beberapa puluh tahun tidak dirayakan.

Teori
Arti dari kata Galungan sendiri berasal dari Jawa Kuno yang berarti bertarung, atau biasa disebut dengan Dungulan yang berarti menang. Sedangkan perbedaan penyebutan wuku Galungan (Jawa) dan wuku Dungulan (Bali) adalah sama artinya, yaitu menang.
Menurut Lontar Purana Bali Dwipa, hari raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari purnama kapat (Budha Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun saka 804. Lontar tersebut berbunyi: “Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.” Artinya: “Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.”
Lontar sendiri merupakan pustaka suci (yang disucikan)/kitab pedoman bagi umat Hindu.
Galungan dan Kuningan dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun kalender Masehi. Perhitungan perayaan kedua hari raya tersebut berdasarkan kalender Bali. Galungan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan. Sementara Kuningan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.

Makna hari raya Galungan dan Kuningan
Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (dharma = kebenaran) di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa diraih tatkala memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran.
Dilihat dari sisi upacara, adalah sebagai momen umat Hindu untuk mengingatkan baik secara spiritual maupun ritual agar selalu melawan adharma dan menegakkan dharma. Bisa disimpulkan bahwa inti Galungan ialah menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapat pendirian serta pikiran yang terang, yang merupakan wujud dharma dalam diri manusia.
Analisis
Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan me-nangnya dharma melawan adharma.

Referensi
http://www.mediahindu.com/asal-usul/makna-hari-raya-galungan-dan-kuningan-di-bali.html

Jumat, 17 April 2015

Mabes TNI Akan Investigasi Jatuhnya F16 di Halim

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, Mabes TNI akan menginvestigasi jatuhnya Pesawat F-16 di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma,
 Jakarta Timur, Kamis (16/4/2015) pagi. TNI akan mengirimkan hasil investigasi ke Amerika Serikat.

"Harus diinvestigasi dengan baik, nanti hasilnya kita berikan ke Amerika. Nanti perlu waktu, ada apa sebenarnya," kata Moeldoko di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Kamis sore.

Menurut Moeldoko, pesawat tersebut adalah pesawat hibah. Namun, ia menampik saat disinggung apakah pesawat itu jatuh karena sudah usang. "Itu persoalan teknis, saya tak bisa beri jawaban. Semua itu hasil investigasi akan memberikan info kepada kita," imbuh dia.

Moeldoko pun tak menampik saat disinggung apakah pesawat tersebut bagian dari rangkaian pesawat yang disiagakan guna pengamanan Konferensi Asia Afrika.

"Dalam KAA, kita kerahkan sejumlah pesawat. Ada F16, Sukhoi di Makassar, sudah kita lakukan latihan hari ini, sedang dalam pemanasan sekaligus ada kegiatan yang bisa dimanfaatkan secara sinergik dengan acara di Mabes TNI," imbuh dia.

Disinggung apakah dia sudah melapor kepada Jokowi, dia membenarkan. Malah, kata dia, Presiden Jokowi meminta TNI tak lagi menggunakan pesawat hibah.

"Tadi waktu bicara dengan Presiden di pesawat, saya katakan ini pesawat refurbish. Kata Presiden, sebaiknya enggak ada lagi hibah. Kita harus beli baru. Alhamdulillah, semoga kita bisa lebih baik ke depan," tegas dia.

Selasa, 07 April 2015

PENALARAN,ENTIMEN DAN SILOGISME

Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Definisi Penalaran Menurut Para Ahli
1.      Keraf (1985) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir denganmenghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatukesimpulan.
2.      Bakry (1986) menyatakan bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatukonsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuksampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataanlain yang telah diketahui.
3.      Suria Sumantri (2001) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan
Ciri – Ciri Penalaran:
1.      Dilakukan dengan sadar.
2.      Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.
3.      Sistematis.
4.      Terarah, bertujuan.
5.      Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru.
6.      Sadar tujuan.
7.      Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh.
8.      Pola pemikiran tertentu.
9.      Sifat empiris rasional.

Metode dalam menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
·         Metode induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Contoh Paragraf Induktif:
Banyak sekali orang yang terkena penyakit sebagai akibat dari kurangnya kesadaran menjaga kebersihan baik itu dari makanan, pakaian yang kita gunakan maupun lingkungan tempat tinggal kita. Padahal hamper semua dari kita sudah tahu bahwa kebersihan itu sangat penting untuk kesehatan.
·         Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh Paragraf Deduktif :
Penyalahgunaan narkoba sangat berbahaya bagi kesehatan. Narkoba memiliki efek ketagihan dan setiap jenis dari narkoba memiliki efek yang berbeda-beda. Dianataranya adalah dapat menyebabkan detak jantung yang lebih cepat dari normal, bahkan kasus orang yang mengguanakan narkoba sampai mengalami kematian karena overdosis.

Proposisi
Suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Contoh :
  1. Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
  2.  Beberapa orang Indonesia mempunyai kekayaan yang berlimpah.
  3.  Kota Bandung hancur dalam perang dunia kedua karena bom atom.
  4.  Semua gajah telah punah tahun 1980.
Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena kebenarannya tidak sesuai dengan fakta/tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

INFERENSI DAN IMPLIKASI
  1. Inferensi (infere) : menarik kesimpulan.
Ø  proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui.
  1. Implikasi (implicare) : melibat / merangkum.
Ø  rangkuman, sesuatu yang dianggap ada karena sudah di rangkum dalam fakta/ evidensi itu sendiri.

EVIDENSI
Semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. 
Wujud Evidensi
evidensi berbentuk data & informasi (keterangan yang diproleh dari sumber tertentu).

CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian data:
1.      Observasi : mengamati secara langsung sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut 
2.      Kesaksian
3.      Autoritas

CARA MENGUJI FAKTA
Fakta adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan
Untuk menguji fakta kita butuh melakukan 2 kali penilaian.
1.      menentukan apakah data itu merupakan kenyataan atau yang sungguh terjadi. Setelah yakin dengan hal itu barulah dilakukan penilaian yang kedua.
2.      Penilaian kedua ini berdasarkan 2 dasar yaitu Konsistensi dan juga Koherensi.

CARA MENILAI AUTORITAS
Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sbagai berikut:
1.      Tidak mengandung Prasangka
Artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.      Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.

SILOGISME
Bentuk Penalaran dengan cara menghubung-hubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik simpulannya. Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan.
UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM SILOGISME
  1. Premis Umum (Premis Mayor) à menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (A) memiliki sifat atau hal yang tersebut pada (B)
  2. Premis Khusus (Premis Minor) à menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota golongan tertentu (A)
  3. Simpulan: menyatakan bahwa sesuatu atau seseoarng itu (C) memiliki sifat atau hal yang tersebut pada B
JENIS SILOGISME
         Silogisme Kategorial
Adalah salah satu premis merupakan anggota premis yang lain.
Rumus:
            PU: Semua A=B
            PK: Semua C=A
            S  : Semua C=B
CONTOH
PU       : Semua profesor pandai
PK       : Pak Habibi adalah profesor
S          : Pak Habibi Pandai
Pernyataan di atas dapat dianalisis sebagai berikut
PU       : Semua profesor (A) pandai (B)
PK       : Pak Habibi (C) adalah profesor (A)
S          : Pak Habibi (C) pandai (B)
ctt : kata “semua” dapat tidak disebutkan atau dapat juga diganti dengan kata “setiap” atau “tiap-tiap

         Silogisme hipotesis
Adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.
Contoh:
            PU: Jika hari ini tidak hujan, saya datang ke rumahmu
            PK: Hari ini ujan
            S  : Saya tidak datang ke rumahmu

         Silogisme Negatif
Ciri silogisme negatif yaitu ada kata bukan atau tidak
Contoh:
            PU: Siswa yang baik selalu mengerjakan pekerjaan rumah
            PK: Asep Bukan Siswa yang baik
            S  : Asep tidak mengerjakan pekerjaan rumah
           
         Silogisme alternative
Adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. 
Contoh
            PU: Boim berada di Bandung atau Bogor
            PK: Boim berada di Bandung
            K  : Boim tidak berada di Bogor

ENTIMEN
Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Rumus:
C=B karena C=A
Contoh :
PU:      Semua siswa SMAN 1 Indramayu masuk      di universitas favorit yang mereka      impikan. (Semua A=B)
            PK: Boim Siswa SMAN 1 Indramayu (C=A)
            K  : Boim masuk universitas favorit (C=B)
Bentuk Entimennya:
 Boim masuk universitas favorit yang ia impikan karena  ia siswa SMAN 1 Indramayu. (C=B Karena C=A)





http://www.academia.edu/8528755/Penalaran_dan_Definisi


Dede Ary Winarta
11212772
3EA02

Kamis, 08 Januari 2015

Pengaruh Kelompok Individu Terhadap Perilaku Konsumen

Pengaruh individu dalam perilaku konsumen merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi acuan seorang konsumen dalam melakukan kegiatan pembelian. Setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam menkonsumsi suatu barang atau jasa, namun adakalanya seorang individu dapat mempengaruhi individu lainnya dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang individu, antara lain :
·       Faktor kebudayaan
Adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
·       Faktor  Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok referensi keluarga, status, dan peranan sosial.
·       Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
·       Faktor Psikologis
Pilihan seseorang membeli juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap.
Reference Group merupakan hal yang sangat penting dan ide yang berpengaruh besar dalam Perilaku konsumen. Reference Group adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagi perbandingan (referensi) bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai umum atau khusus, atau dalam berperilaku. Dari perspektif pemasaran, Reference Group merupakan kelompok yang dianggap sebagai dasar referensi bagi seseorang dalam menentukan keputusan pembelian atau konsumsi mereka.
Konsumen berpotensi untuk di pengaruhi oleh berbagai orang yang berinteraksi dengan mereka dan yang mereka amati dalam sebuah kelompok. Kelompok – kelompok itu antara lain :
1.      Friendship Groups, termasuk kelompok Informal karena tidak ada struktur dan kurang mempunyai tingkat kewenangan yang khusus. Dari segi pengaruh, teman adalah yang memberikan pengaruh terbesar ( setelah keluarga )terhadap keputusan pembelian seseoarang.
2.     Shopping Group, dua atau lebih orang yang berbelanja bersama dapat disebut sebagai Shopping Group. Dalam hal ini pelaku berfungsi sebagai Purchase Pals ( teman membeli ). Motivasi untuk berbelanja bersama teman Membeli (Purchase Pals ) ada beragam, terutama dari motif sosial, sampai mengurangi resiko ketika mengambil keputusan yang penting.
3.     Work Groups, orang yang meghabiskan waktu mereka bersama – sama karena suatu pekerjaan dengan frekuensi yang sering akan saling memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi mereka. Baik kelompok kerja Formal maupun Informal sama – sama berpengaruh. Formal Work Group adalah mereka yang bekerja bersama dalam sebuah tim , dan dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk saling mempengaruhi perilaku konsumsi dan aksi satu sama lain. Informal Work Group adalah mereka yang menjadi teOrang yang meghabiskan waktu mereka bersama – sama karena suatu pekerjaan dengan frekwensi yang sering akan saling memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi mereka. Baik kelompok kerja Formal maupun Informal sama – sama berpengaruh. Formal Work Group adalah mereka yang bekerja bersama dalam sebuah tim , dan dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk saling mempengaruhi perilaku konsumsi dan aksi satu sama lain. Informal Work Group adalah mereka yang menjadi teman sebagai hasil dari bekerja dalam satu perusahaan yang sama walaupun tidak terlibat dalam proyek yang sama.
4.     Virtual Groups Or Communities, merupakan tipe kelompok yang terbentuk dengan menggunakan teknologi internet. Dengan internet, kita dapat memulai obrolan dengan orang atau kelompok yang sesuai kita pilih. Misalnya seorang pecinta binatang dapat memulai obrolan dengan mereka yang juga pecinta binatang. Dari obrolan itu mereka dapat saling mempengaruhi dan menginformasikan tentang keputusan pemilihan pembelian makanan untuk binatang peliharaan mereka.
5.     Brand Communities, ada pendapat yang mengatakan bahwa jika kita ingin menciptakan loyalitas dimata konsumen terhadap produk kita, maka kita harus memiliki kehidupan social yang aktif. Oleh karena itu banyak perusahaan yang membuat berbagai macam club / community bagi pengguna produknya. Misalnya Produsen Djarum yang membuat komunitas Djarum Adventure.
6.     Consumer - action groups, jenis Kelompok khusus Konsumen – kelompok aksi konsumen – muncul sebagai reaksi terhadap gerakan konsumen. Sekarang ini terdapat banyak sekali kelompok sejenis yang dimaksudkan untuk member bantuan pada konsumen dalam usaha mereka mengambil keputusan pembelian yang tepat, menggunakan produk dan jasa dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab, dan biasanya menambah kualitas hidup mereka secara keseluruhan